The Owner
~Ndah~......20 something, I am kinda heavy, shy, Stupid and
Pictures Chit chat My plurk
Alia
Astrid Amma Anna Adi Ale Arya Ay - Ryuta Bagus Bodi Budi Bush Brenda Belajar Masak Belajar Inggris Belajar Jualan Caca Cici Dahlia Diana - Firza&Kyena Didit deenda Dyah Dhisya Etna Ewie Fany Fa Febri Ghatel Gita Hilda Herry Hoe Indic Indy Isna Ida - Zidan Ida - Damar Ifa Indah - Lily&Kayla Isma - Shinfa Inna Ian Ilham Jeprut Key Koto lala Lilyput Linda Lulu Landy Manda Mamah Ani Mutia - Rayga Mamat Nana Naudi Nien Ninien Neli -Ais Ninik Nia -Rayna Nila - Ninda Ngedit okdien Pak Mar Pepeng Prima Purwa Puput Qnchay Ramz Sha Sisca Sitta Sandi Sekarani Sachroel Sam Sandy Sayur Sonia Tata Tia Tyka Toooooooooopic Tri Unai Unita Uthie Vienha Widi Widya Wiedy Yaya Yutie Zam ZaWa Memories
2 Mei Archieves
December 2005
January 2006 February 2006 March 2006 April 2006 May 2006 June 2006 July 2006 August 2006 September 2006 October 2006 November 2006 December 2006 January 2007 February 2007 March 2007 April 2007 May 2007 June 2007 July 2007 September 2007 October 2007 November 2007 May 2008 August 2008 September 2008 October 2008 November 2008 November 2011 My Banner Layout by Credits |
"Piring Kayu Gelas Bambu" Pagi ini pas ngecek imel ada artikel bagus dari milis PeeSTeCe SEORANG lelaki tua yang baru ditinggal mati isterinya tinggal bersama anaknya, Arwan dan menantu perempuannya, Rina, serta cucunya, Viva yang baru berusia enam tahun. Keadaan lelaki tua itu sudah uzur, jari-jemarinya senantiasa gemetar dan pandangannya semakin hari semakin buram. Malam pertama pindah ke rumah anaknya, mereka makan malam bersama. Lelaki tua itu merasa kurang nyaman menikmati hidangan di meja makan. Dia merasa amat canggung menggunakan sendok dan garpu. @Selama ini dia gemar bersila, tapi di rumah anaknya dia tiada pilihan. Cukup sukar dirasakannya, sehingga seringkali makanan tersebut tumpah. Sebenarnya dia merasa malu seperti itu di depan anak menantu, tetapi dia gagal menahannya. Oleh karena kerap sekali dilirik menantu, selera makannya pun hilang. Dan tatkala dia memegang gelas minuman, pegangannya terlepas. Praaaaaannnnngggggg ... !! Bertaburanlah kaca di lantai. Pak tua menjadi serba salah. @Dia bangun, mencoba memungut serpihan gelas itu, tapi Arwan melarangnya. Rina cemberut, mukanya masam. Viva merasa kasihan melihat kakeknya, tapi dia hanya dapat melihat untuk kemudian meneruskan makannya. "Esok ayah tak boleh makan bersama kita," Viva mendengar ibunya berkata pada kakeknya, ketika kakeknya beranjak masuk ke dalam kamar. Arwan hanya membisu. Sempat anak kecil itu memandang tajam ke dalam mata ayahnya. Demi memenuhi tuntutan Rina, Arwan membelikan sebuah meja kecil yang rendah, lalu diletakkan di sudut ruang makan. Di situlah ayahnya menikmati hidangan sendirian, sedangkan anak menantunya makan di meja makan. Viva juga dilarang apabila dia merengek ingin makan bersama kakeknya. Air mata lelaki tua meleleh mengenang nasibnya diperlakukan demikian. Ketika itu dia teringat kampung halaman yang ditinggalkan. Dia terkenang arwah isterinya. Lalu perlahan-lahan dia berbisik: "Miah... buruk benar layanan anak kita pada abang." Sejak itu, lelaki tua merasa tidak betah tinggal di situ. Setiap hari dia dihardik karena menumpahkan sisa makanan. Dia diperlakukan seperti budak. Pernah dia terpikir untuk lari dari situ, tetapi begitu dia teringat cucunya, dia pun menahan diri. Dia tidak mau melukai hati cucunya. Biarlah dia menahan diri dicaci dan dihina anak menantu. Suatu malam, Viva terperanjat melihat kakeknya makan menggunakan piring kayu, begitu juga gelas minuman yang dibuat dari bambu. Dia mencoba mengingat-ingat, di manakah dia pernah melihat piring seperti itu. "Oh! Ya..." bisiknya. Viva teringat, semasa berkunjung ke rumah sahabat papanya dia melihat tuan rumah itu memberi makan kucing-kucing mereka menggunakan piring yang sama!. "Tak akan ada lagi yang pecah, kalau tidak begitu, nanti habis piring dan mangkuk ibu," kata Rina apabila anaknya bertanya. Masa terus berlalu. Walaupun makanan berserakan setiap kali waktu makan, tiada lagi piring atau gelas yang pecah. Apabila Viva memandang kakeknya yang sedang menyuap makanan, kedua-duanya hanya berbalas senyum. Seminggu kemudian, sewaktu pulang bekerja, Arwan dan Rina terperanjat melihat anak mereka sedang bermain dengan kepingan- kepingan kayu. Viva seperti sedang membuat sesuatu. Ada palu, gergaji dan pisau di sisinya. "Sedang membuat apa sayang? Berbahaya main benda-benda seperti ini," kata Arwan menegur manja anaknya. Dia sedikit heran bagaimana anaknya dapat mengeluarkan peralatan itu, padahal ia menyimpannya di dalam gudang. "Mau bikin piring, mangkuk dan gelas untuk ayah dan ibu. Bila Viva besar nanti, supaya tak susah mencarinya, tak usah ke pasar beli piring untuk kakek," kata Viva. Begitu mendengar jawaban anaknya, Arwan terkejut. Perasaan Rina terusik. Kelopak mata kedua-duanya basah. Jawaban Viva menusuk seluruh jantung, terasa seperti diiiris pisau. Mereka tersentak, selama ini telah berbuat salah! Malam itu Arwan menuntun tangan ayahnya ke meja makan. Rina menyendokkan nasi dan menuangkan minuman ke dalam gelas. Nasi yang tumpah tidak dihiraukan lagi. Viva beberapa kali memandang ibunya, kemudian ayah dan terakhir wajah kakeknya. Dia tidak bertanya, cuma tersenyum saja, bahagia dapat duduk bersebelahan lagi dengan kakeknya di meja makan. Lelaki tua itu juga tidak tahu kenapa anak menantunya tiba-tiba berubah. "Esok Viva mau buang piring kayu dan gelas bambu itu" kata Viva pada ayahnya setelah selesai makan. Arwan hanya mengangguk, tetapi dadanya terus sesak. MORAL OF THE STORY: Hargailah kasih sayang kedua orang tua kita..... Ibu bapak kita hanya satu, setelah meninggal tidak akan ada pengganti... Jadi, berbaktilah kepada mereka selagi hidup...
*baca ini bikin aku inget sama my lovely momy ge berusaha slalu membuat beliau tersenyum .. ae lop u momy
|
|